Lampungku39-Belakangan ini, media sosial banyak menampilkan tren pernikahan sederhana yang dipilih oleh kalangan muda. Banyak dari mereka yang lebih memilih untuk melangsungkan akad nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) tanpa menggelar resepsi pernikahan yang megah.
Menurut Psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, fenomena ini menunjukkan perubahan yang positif. Dia menilai bahwa pernikahan yang sederhana merupakan langkah yang bijak.
“Hal ini seharusnya menjadi perhatian, karena pernikahan tidak selalu harus diselenggarakan dengan kemewahan. Seringkali, perayaan besar dilakukan karena adanya tekanan dari keluarga,” ujar Rose.
Fokus pada Masa Depan Pasca-Menikah
Mengapa banyak anak muda memilih pernikahan sederhana? Raesha (23), seorang pegawai swasta di Jakarta, menjelaskan bahwa dirinya ingin fokus pada kehidupan setelah menikah, bukan pada acara pernikahan yang hanya berlangsung sehari.
“Lebih baik memusatkan perhatian pada masa depan setelah menikah daripada menghabiskan waktu untuk acara yang hanya sekejap. Selain itu, acara besar bisa sangat menguras energi karena harus bertemu dengan banyak orang,” ungkap Raesha.
Namun, Raesha menegaskan bahwa pernikahan sederhana bukan berarti tanpa acara sama sekali, melainkan lebih kepada acara yang lebih intim, dengan hanya mengundang keluarga dan sahabat terdekat.
Tantangan Finansial bagi Generasi Muda
Di sisi lain, Adrian (27), seorang pegawai swasta lainnya di Jakarta, mengungkapkan bahwa banyak anak muda, terutama dari generasi Z, menghadapi tantangan finansial. Dia menyebutkan bahwa alasan memilih pernikahan sederhana bukan hanya karena ingin berhemat, melainkan juga karena banyaknya beban yang ditanggung oleh generasi ini.
“Generasi sandwich, istilahnya. Mereka dihadapkan pada kebutuhan untuk mengelola keuangan dengan bijak, dan pernikahan sederhana bisa mengurangi biaya seremonial. Uang yang dihemat bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari setelah menikah,” jelas Adrian.
Adrian menambahkan bahwa, berdasarkan pengalamannya, pernikahan mewah tidak selalu relevan bagi semua anak muda, terutama karena mereka merasa lelah dengan interaksi sosial yang berlebihan.
“Banyak orang merasa lelah menghadapi banyak tamu. Dengan pernikahan yang sederhana, mereka bisa menghindari bertemu orang yang tidak terlalu dekat dengan mereka,” lanjut Adrian.
Pernikahan Sederhana yang Sewajarnya
Sementara itu, Ghifari (28), yang juga bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta, lebih memilih pernikahan yang tidak terlalu mewah, namun juga tidak terlalu sederhana. Dia menekankan bahwa keputusan tersebut juga bergantung pada permintaan pihak perempuan.
“Saya lebih memilih pernikahan yang sewajarnya saja, tidak berlebihan, tapi juga tidak terlalu sederhana. Tentunya, keputusan ini akan disesuaikan dengan keinginan pihak perempuan,” ujar Ghifari.
Ghifari menambahkan, meskipun pernikahan adalah momen sekali seumur hidup, persiapan tetap harus matang. Namun, ia juga menekankan pentingnya menyiapkan tabungan untuk kehidupan pasca-menikah.